Tingkat Turnover Karyawan di Toko Ritel Elektronik

Industri ritel elektronik (seperti toko laptop, ponsel/HP, dan gadget konsumen) dikenal memiliki dinamika tenaga kerja yang tinggi. Turnover karyawan – yaitu tingkat keluar-masuknya karyawan – sering kali cukup besar di sektor ini. Laporan ini akan membahas tingkat turnover karyawan di toko ritel elektronik, mencakup situasi di Indonesia serta perbandingannya dengan beberapa negara lain (Amerika Serikat, Jepang, dan Cina). Data dari beberapa perusahaan besar seperti Erafone/iBox (Indonesia), Best Buy (AS), Yodobashi/Bic Camera (Jepang), dan Suning/JD.com (Cina) juga akan disertakan sebagai ilustrasi. Tujuannya adalah memahami berapa besar turnover yang umum di industri ini, serta rentang wajar di masing-masing negara.

Tingkat Turnover di Industri Ritel Elektronik (Global)

Secara umum, industri ritel – termasuk ritel elektronik – mempunyai tingkat turnover karyawan yang tinggi dibanding banyak industri lain. Karyawan lini depan toko ritel kerap berpindah pekerjaan karena berbagai alasan (gaji, jam kerja, tekanan penjualan, dll). Di Amerika Serikat, misalnya, menurut data McKinsey, turnover karyawan ritel front-line (garis depan) mencapai setidaknya 60% per tahunemployers.glints.com. Artinya, lebih dari separuh karyawan ritel di AS rata-rata keluar setiap tahunnya. Bahkan, pada tahun-tahun pascapandemi, angka ini meningkat; sebuah survei Korn Ferry menemukan turnover pegawai toko ritel di AS mencapai ~75,8% selama 2022 (untuk pegawai level staf per jam)​kornferry.com, naik dari ~68% pada 2021. Angka yang sangat tinggi ini menunjukkan betapa menantangnya retensi karyawan di sektor ritel. Sebagai perbandingan, rata-rata turnover karyawan secara global di semua industri biasanya sekitar 12-15% per tahun​engagedly.com, sehingga industri ritel termasuk outlier dengan turnover jauh di atas rata-rata.

Faktor penyebab tingginya turnover di ritel elektronik antara lain upah yang relatif rendah, pekerjaan yang berat secara fisik (berdiri lama, melayani banyak pelanggan), jam kerja yang sering tidak menentu (shift mall akhir pekan, lembur saat promo), serta minimnya jalur karier. Banyak karyawan ritel level staf menjadikan pekerjaan ini batu loncatan sementara, sehingga keluar masuk tinggi. Namun, sektor ini juga menawarkan kesempatan belajar sales dan teknologi produk konsumen, yang bisa menarik minat tenaga kerja muda​employers.glints.com. Berikutnya akan dibahas kondisi spesifik di Indonesia dan negara lain.

Indonesia: Turnover di Toko Ritel Laptop & HP

Di Indonesia, industri ritel elektronik berkembang pesat seiring pertumbuhan pasar gadget. Namun, tantangan turnover karyawan juga dirasakan di sini. Data spesifik perusahaan sulit diperoleh karena tidak banyak retailer yang mempublikasikan angka turnover. Meski begitu, Grup Erajaya – yang mengoperasikan jaringan toko Erafone (gawai umum) dan iBox (produk Apple) – pernah mengungkapkan gambaran turnover karyawan ritelnya. Menurut salah satu laporan bisnis, turn-over karyawan di bisnis ritel Erajaya sekitar 4% per bulanswa.co.id. Jika dikalkulasikan, 4% per bulan setara dengan ~48% per tahun secara kasar – hampir separuh karyawan keluar dalam setahun. Pihak Erajaya mencatat angka 4% per bulan ini sudah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnyaswa.co.id, artinya sebelumnya turnover lebih tinggi lagi. Penurunan ini mungkin hasil perbaikan manajemen SDM, program pelatihan, atau insentif retensi yang dilakukan perusahaan.

Angka di atas memberi gambaran tingkat turnover yang umum di ritel elektronik Indonesia bisa berkisar 40–50% per tahun. Beberapa pemain ritel besar lain kemungkinan memiliki pola serupa. Misalnya, meski tidak ada data publik, jaringan Erafone dan iBox (yang dikelola Erajaya) serta outlet resmi merek seperti ASUS Store atau HP Store kemungkinan menghadapi turnover puluhan persen per tahun mengingat sifat industri ini. Turnover 4% per bulan di Erajaya mencakup karyawan front-line di banyak outlet, sehingga dapat dianggap representatif untuk sektor ritel gadget secara keseluruhan.

Sebagai perbandingan, sektor ritel lain di Indonesia (misal fesyen atau FMCG) juga dikenal memiliki turnover tinggi. Survei lokal mungkin tidak tersedia, tetapi kondisi Indonesia tak jauh berbeda dengan tren global: pekerjaan pramuniaga sering dijadikan batu loncatan, sehingga rentang wajar turnover di toko ritel elektronik Indonesia dapat berada di level 30–50% per tahun (tergantung perusahaan dan lokasi toko). Perusahaan yang mampu menurunkan turnover di bawah angka tersebut dianggap berhasil dalam retensi karyawan.

Amerika Serikat: Contoh Best Buy dan Rata-rata Nasional

Amerika Serikat merupakan salah satu acuan untuk isu turnover di retail karena pasarnya sangat besar. Seperti disinggung sebelumnya, rata-rata industri ritel di AS memiliki turnover ~60% per tahun untuk karyawan toko​employers.glints.com. Bahkan data lain menunjukkan pada 2021 angkanya sekitar 47% dan melonjak kembali pasca pandemi​explodingtopics.com. Di subsektor ritel elektronik konsumen, kondisinya mirip atau sedikit lebih baik tergantung perusahaan.

Best Buy, jaringan toko elektronik terbesar di AS, berhasil menurunkan turnover melalui berbagai inisiatif SDM. Laporan terbaru menyebut pada tahun fiskal 2023, turnover karyawan Best Buy sekitar 34%justcapital.com. Angka ini terbilang rendah untuk ukuran ritel AS, bahkan manajemen Best Buy mengklaim itu lebih baik daripada rata-rata industri​justcapital.com. Sebagai konteks, Best Buy sekitar 5 tahun lalu pernah memiliki turnover mendekati 60%, namun berkat investasi pada pelatihan karyawan (rata-rata 44 jam pelatihan per karyawan per tahun, jauh di atas rata-rata industri) dan program kesejahteraan, mereka sukses menekan angka tersebut​justcapital.com. Langkah seperti kenaikan upah minimum, jadwal kerja yang lebih teratur, tunjangan pendidikan, dan jalur karier internal berkontribusi pada penurunan turnover di Best Buy.

Meski Best Buy menunjukkan hasil positif, banyak peritel elektronik lain di AS masih berkutat dengan turnover tinggi. Rentang wajar turnover di industri ritel elektronik AS umumnya 50–70% per tahun untuk level staf toko. Bahkan, untuk pegawai paruh waktu (part-time) di ritel, turnover dapat mendekati 85% per tahunkornferry.com. Posisi manajer toko lebih stabil; rata-rata turnover manajer ritel ~15–30%​kornferry.com (lebih rendah karena posisinya lebih senior dan berpenghasilan lebih tinggi). Secara keseluruhan, dibanding negara lain, AS cenderung memiliki turnover paling tinggi di sektor ini, sehingga tantangan utamanya adalah menekan angka tersebut melalui perbaikan engagement karyawan dan kultur kerja.

Jepang: Contoh Yodobashi & Bic Camera

Budaya kerja di Jepang terkenal dengan loyalitas karyawan yang tinggi pada perusahaan, sehingga secara makro turnover karyawan di Jepang relatif rendah (stabil ~10% per tahun)technoproholdings.com. Angka 10% ini adalah rata-rata seluruh industri dan jauh di bawah AS. Namun, untuk industri ritel elektronik, Jepang menghadapi situasi unik: pekerjaan retail kurang diminati sebagai karier jangka panjang oleh generasi muda, sehingga turnover bisa lebih tinggi daripada rata-rata nasional (walau tetap lebih rendah daripada di Barat).

Perusahaan ritel elektronik besar Jepang seperti Yodobashi Camera dan Bic Camera dikenal menuntut jam kerja panjang dan ritme kerja cepat. Data resmi internal jarang dipublikasikan, tetapi beberapa indikator dapat dijadikan acuan. Menurut data rekrutmen Bic Camera, dari karyawan fresh graduate yang diterima, sekitar 7–8% keluar dalam satu tahun pertama, dan dalam dua tahun mencapai ~19% yang meninggalkan perusahaan​job.mynavi.jp. Contohnya, dari 141 karyawan baru Bic Camera tahun 2022, 27 orang sudah keluar (menyisakan ~80,9% yang bertahan)​job.mynavi.jp. Ini menunjukkan turnover di kalangan karyawan baru bisa mencapai ~20% dalam 2 tahun awal. Meskipun persentase itu masih lebih rendah dibanding ritel di negara lain, untuk standar Jepang hal tersebut tergolong tinggi.

Sumber lain bersifat anekdot mendukung gambaran turnover tinggi di ritel elektronik Jepang. Karyawan di Yodobashi Camera melalui situs ulasan kerja menyebut “離職率がかなり高い” – turnover karyawan sangat tinggi​syukatsu-kaigi.jp. Ulasan di OpenWork tentang Bic Camera juga menyebut “sangat sedikit karyawan senior yang bertahan lama, turnover-nya luar biasa tinggi”openwork.jp. Hal ini mengindikasikan banyak staf meninggalkan perusahaan setelah beberapa tahun, sehingga sedikit yang berkarier jangka panjang di level toko. Penyebabnya antara lain gaji yang dianggap kurang kompetitif terhadap biaya hidup di kota besar Jepang, serta beban kerja (lembur, berdiri lama) yang membuat work-life balance kurang seimbang​syukatsu-kaigi.jpopenwork.jp.

Secara keseluruhan, rentang wajar turnover ritel elektronik di Jepang mungkin sekitar 10–20% per tahun. Angka ini jauh di bawah AS, namun bagi perusahaan Jepang angka >10% sudah dianggap pekerjaan rumah. Beberapa perusahaan mungkin memiliki turnover lebih tinggi (bahkan terdengar klaim hingga ~50% untuk beberapa kasus ekstrem), tetapi sulit diverifikasi. Yang jelas, dibanding negara lain, Jepang berhasil mempertahankan tingkat turnover lebih rendah karena faktor budaya kerja loyal dan praktik ketenagakerjaan yang menjanjikan stabilitas, meskipun sektor retail mulai menyimpang dari tren tradisional tersebut.

Cina: Contoh JD.com & Suning

Pasar ritel elektronik di Cina sangat besar, mencakup pemain online (JD.com, Alibaba) maupun offline (Suning, Gome, Xiaomi stores). Tingkat turnover karyawan di Cina bervariasi, namun cenderung lebih tinggi daripada Jepang, dan mendekati standar negara Barat. Sebuah studi oleh Aon menyebut rata-rata nasional turnover karyawan di Cina sekitar 20,8% per tahun (dengan 14,9% di antaranya merupakan turnover sukarela)​proquest.com. Angka tersebut mencakup semua industri; untuk sektor ritel, nilainya bisa lebih tinggi. Penelitian mengenai ritel di Cina mencatat bahwa turnover karyawan yang tinggi adalah hal lumrah di industri ini​bcpublication.org. Persaingan ketat dan upah relatif rendah di sektor ritel membuat karyawan tidak ragu pindah kerja demi peluang yang sedikit lebih baik​bcpublication.org.

Perusahaan Suning (peritel elektronik besar di Cina) sempat mengalami penurunan jumlah karyawan dari ~46 ribu menjadi ~35 ribu dalam kurun 2021–2022​statista.com. Penurunan ~25% itu sebagian disebabkan restrukturisasi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, namun juga mencerminkan tingginya perputaran tenaga kerja. JD.com, yang lebih fokus online, memiliki ratusan ribu karyawan (termasuk di logistik dan gudang) dan menghadapi tantangan serupa dalam mempertahankan pegawai. Tidak ada angka publik spesifik untuk JD.com, namun budaya “996” (bekerja 9 pagi hingga 9 malam, 6 hari seminggu) yang pernah populer di perusahaan teknologi Cina bisa berkontribusi ke burnout dan turnover. Banyak perusahaan ritel dan teknologi di Cina kini berusaha menekan turnover dengan menawarkan fasilitas asrama, kenaikan gaji rutin, dan jenjang karier, namun rentang turnover sektor ritel elektronik di Cina diperkirakan tetap 20–30% per tahun atau lebih. Ini berarti dari lima karyawan, satu hingga dua orang keluar setiap tahunnya, suatu tingkat yang dianggap “wajar” di pasar Cina​bcpublication.org.

Perbandingan dan Rentang Wajar di Masing-masing Negara

Berdasarkan paparan di atas, berikut perbandingan ringkas tingkat turnover karyawan di industri ritel elektronik/teknologi konsumen per negara:

  • Indonesia: Turnover sekitar 3–5% per bulan umum terjadi di toko-toko elektronik. Contoh Erajaya ~4% per bulan​swa.co.id (~40-50% per tahun). Rentang wajar tahunan ~30–50%. (Lebih tinggi di outlet kecil atau daerah, dan bisa lebih rendah di perusahaan dengan manajemen SDM baik).

  • Amerika Serikat: Turnover tertinggi di antara yang dibandingkan. Rata-rata ritel elektronik ~50–70% per tahunemployers.glints.com. Contoh Best Buy berhasil turunkan ke ~34%​justcapital.com. Posisi part-time bisa >80%​kornferry.com, manajerial ~20%. Rentang wajar industri di AS masih di level puluhan persen tinggi (sering >50%).

  • Jepang: Turnover terendah. Rata-rata nasional ~10%​technoproholdings.com. Sektor ritel elektronik mungkin sedikit lebih tinggi, kisaran 10–20% per tahun. Contoh Bic Camera new hires turnover ~7–19% di tahun pertama​job.mynavi.jp. Perusahaan Jepang menganggap >20% sudah sangat tinggi. Rentang wajar relatif rendah karena budaya kerja yang lebih menetap.

  • Cina: Turnover menengah-tinggi. Rata-rata lintas industri ~20%​proquest.com. Ritel elektronik sering melebihi itu, 20–30% per tahun atau lebih dianggap biasa​bcpublication.org. Angka tepat bervariasi tiap perusahaan; perusahaan mapan mungkin mendekati 20%, yang lebih volatile bisa 30%+. Rentang wajar industri di Cina mirip standar global untuk ritel, namun lebih tinggi dari Jepang dan mendekati AS (meski umumnya masih di bawah AS).

Kesimpulan

Industri ritel elektronik/teknologi konsumen di berbagai negara menghadapi tantangan turnover karyawan yang berbeda-beda tingkatannya. Indonesia dan Cina menunjukkan turnover yang tinggi (puluhan persen per tahun) seiring perkembangan pesat pasar dan karakteristik pekerjaan ritel yang menantang. Amerika Serikat memiliki tingkat turnover tertinggi, sekitar setengah hingga tiga-perempat karyawan keluar setiap tahun, walau perusahaan seperti Best Buy berhasil menekan di bawah rata-rata industri. Sementara itu, Jepang relatif berhasil menjaga turnover lebih rendah (belasan persen atau di bawahnya), meskipun di sektor ritel elektronik sekalipun terdapat indikasi kenaikan turnover dari norma tradisional Jepang.

Bagi pelaku industri, data di atas menegaskan pentingnya strategi retensi karyawan: budaya kerja yang baik, peluang karier, peningkatan kompensasi, dan engagement karyawan dapat menurunkan turnover. Misalnya, investasi Best Buy pada pelatihan dan pengembangan karier karyawan berbuah turnover hanya ~34%​justcapital.com – jauh lebih baik daripada rata-rata 60%​employers.glints.com. Di Indonesia, upaya Erajaya menekan turnover ke 4% per bulan menunjukkan perbaikan dibanding sebelumnya​swa.co.id. Perbandingan lintas negara ini juga menunjukkan bahwa norma “wajar” turnover berbeda: di AS, turnover 30% sudah tergolong sangat baik (rendah untuk industri)​justcapital.com, sedangkan di Jepang turnover 20% akan dianggap alarmingly high. Memahami benchmark ini penting bagi perusahaan ritel elektronik untuk menilai efektivitas manajemen SDM-nya.

Sumber: Laporan ini disusun dengan merujuk berbagai sumber tepercaya, termasuk publikasi bisnis, data perusahaan, dan studi industri ritel di masing-masing negara. Daftar beberapa referensi kunci yang digunakan:

  • McKinsey & Company – data turnover ritel front-line AS​employers.glints.com

  • Korn Ferry – survei turnover pegawai ritel AS 2021–2022​kornferry.com

  • Just Capital – laporan Best Buy FY2023 (turnover dan prakarsa SDM)​justcapital.com

  • SWA Indonesia – wawancara manajemen Erajaya (turnover 4%/bulan)​swa.co.id

  • Data rekrutmen Bic Camera Jepang (via Mynavi) – tingkat retensi karyawan baru​job.mynavi.jp

  • Ulasan karyawan di Jepang (OpenWork) – indikasi tingginya turnover Yodobashi/Bic​syukatsu-kaigi.jpopenwork.jp

  • Studi industri ritel Cina – fenomena turnover tinggi di retail China​bcpublication.org

  • Aon Hewitt China study – rata-rata turnover karyawan di Cina​proquest.com.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *