Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Scranton menemukan bahwa hanya 8% orang yang menetapkan tujuan berhasil mencapainya. Ini berarti ada 92% orang yang gagal dalam mencapai tujuan mereka. Tapi, mengapa demikian? Apa yang diketahui atau dilakukan oleh 8% orang yang berhasil itu yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang? Inilah yang akan kita bahas dalam renungan tulisan hari ini.
Kesalahan #1: Tidak Menetapkan Tujuan yang Sangat Spesifik
Salah satu kesalahan paling umum dalam menetapkan tujuan adalah tidak membuat tujuan yang cukup spesifik. Misalnya, sering kali orang menetapkan ‘tujuan’ seperti ini:
- Saya ingin lebih sehat
- Saya ingin menghasilkan lebih banyak uang
- Saya ingin membangun bisnis yang sukses
Namun, tujuan-tujuan seperti ini sebenarnya bukanlah tujuan, melainkan hanya keinginan. Mereka meninggalkan terlalu banyak ruang untuk spekulasi. Sebuah tujuan yang sejati adalah sangat spesifik, artinya dapat diukur dan memiliki batas waktu. Contoh tujuan yang sangat spesifik adalah:
- Menurunkan 8 kg dalam 3 bulan (bukan “Saya ingin lebih sehat”)
- Menghasilkan 100 juta dalam 12 bulan (bukan “Saya ingin menghasilkan lebih banyak uang”)
- Membangun bisnis yang menghasilkan 10 juta/bulan dalam 12 bulan (bukan “Saya ingin bisnis yang sukses”)
Penelitian telah menunjukkan bahwa merumuskan tujuan sejelas dan se-spesifik mungkin menggandakan peluang untuk mencapainya. Dalam bukunya Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear: “Banyak orang berpikir mereka kekurangan motivasi padahal yang mereka benar-benar butuhkan adalah kejelasan.”
Semakin spesifik tujuan, semakin bisa diambil tindakan. Dan semakin bisa diambil tindakan, semakin besar kemungkinan Anda untuk berhasil.
Kesalahan #2: Tidak Menetapkan Tujuan “Proses”
Ketika kebanyakan orang menetapkan tujuan, mereka hanya menetapkan tujuan hasil. Tujuan hasil berdasarkan pencapaian hasil tertentu, seperti kehilangan berat badan, menghasilkan uang, mendapatkan nilai bagus, atau mencapai keberhasilan bisnis tertentu. Namun, jika kita hanya fokus pada hasil yang diinginkan, tidak banyak yang akan terjadi. Bahkan, itu bisa sebegitu menakutkan dan luar biasa untuk menatap besarnya gunung yang perlu kita daki.
Di sinilah tujuan proses atau proses bertahap berperan. Di mana tujuan hasil didasarkan pada pencapaian hasil tertentu, proses bertahap didasarkan pada tindakan penting yang perlu kita lakukan untuk mencapai hasil tersebut. Karena pada akhirnya, mencapai tujuan jangka panjang bergantung pada apa yang kita lakukan setiap hari dan minggu.
Kamu bisa bermimpi tentang hasil sepanjang hari, tapi Kamu tidak akan mendekati goal tersebut jika Kamu tidak mengambil tindakan konsisten.
Sebagai contoh, jika tujuan kamu adalah menyelesaikan lari maraton dalam 4 jam (hasil), Kamu perlu berlari minimal 3-4 kali seminggu selama beberapa bulan (proses).
Dalam contoh ini, kita bisa menetapkan proses bertahap berikut:
- Tujuan Bulanan: Berlari setidaknya 14 kali
- Tujuan Mingguan: Berlari 3×10 kilometer
- Tujuan Hari Ini: Menyelesaikan lari 10k
Dengan mencapai proses bertahap ini, kamu akan mendekati pencapaian tujuan hasil keseluruhan – menyelesaikan lari maraton dalam waktu kurang dari 4 jam.
(Ini berarti kamu perlu membuat penentuan tujuan sebagai bagian dari rutinitas harian, mingguan, dan bulanan, tetapi ini 100% layak dilakukan.)
Dan alih-alih merasa kewalahan oleh ukuran keseluruhan dari tujuan, Kamu hanya perlu fokus pada mencapai satu tujuan proses pada satu waktu.
Dengan setiap tujuan proses harian, mingguan & bulanan yang Kamu capai, Kamu semakin dekat untuk mencapai tujuan hasil keseluruhan.
Jadi, untuk setiap tujuan hasil yang kamu tetapkan, pecahkan menjadi tujuan proses bulanan, mingguan & harian untuk membuatnya dapat diambil tindakan dan dicapai.
Kesalahan #3: Tidak Ada Audit Sosial
Kesalahan umum lainnya yang dilakukan orang adalah mereka mengejar tujuan mereka sendiri. Masalahnya dengan mengejar tujuan sendiri adalah tidak ada yang memegang Kamu bertanggung jawab atas tindakan dan hasil yang kamu lakukan.
Lebih mudah untuk merasionalisasi alasan kita sendiri atau menerima standar perilaku yang lebih rendah ketika tidak ada yang melihat. Sebagai contoh, jika tujuan kita adalah menjadi lebih sehat , satu-satunya orang yang harus kita yakinkan ketika kita tidak ingin pergi ke gym adalah diri kita sendiri.
(Dan mari kita hadapi itu, tidak sulit untuk meyakinkan diri kita sendiri untuk memilih opsi yang paling nyaman.)
Tetapi jika pasangan latihan atau pelatih pribadi menunggu Kita , Anda jauh lebih kecil kemungkinannya untuk melewatkan latihan kita karena adanya audit sosial.
Seperti yang ditulis Charles Duhigg, penulis The Power of Habit: “Kita lebih cenderung melakukan sesuatu jika kita tahu orang lain sedang menonton.”
Dan itu memang benar adanya.
Ketika kita bergabung dengan orang-orang yang sepemikiran, kinerja kita akan secara otomatis meningkat, meningkatkan peluang kita untuk sukses dalam mencapai tujuan.
Jadi, jika kita memiliki tujuan bisnis, bergabunglah dengan pengusaha lain (bergabung dengan mastermind, dapatkan pelatih bisnis, atau hubungi teman-teman pengusaha).
Jika Kita memiliki tujuan kebugaran, bergabunglah dengan pasangan latihan atau dapatkan pelatih pribadi.
Dan jika Kita memiliki tujuan akademik, bergabunglah dengan siswa lain yang serius tentang kinerja akademik mereka.
Berhentilah mengejar tujuan Kita sebagai serigala kesepian dan carilah beberapa audit(pertanggungjawaban) sosial. Peluang kita untuk sukses akan melonjak.
Leave a Reply